Langsung ke konten utama

Makassar (Part 3)


Musyawarah pun saat itu berlanjut, dengan pemilihan Sekretaris Jenderal ILMPI yang baru. Terus berjalan cukup alot saat mekanisme pemilihan Sekjend, hingga pada akhirnya disepakati dan konsideran tentang mekanisme pemilihan Sekjend ditandatangani Presidium Sidang yang saat itu dipimpin, Basyir (Univ. Pancasila) si ciwi tangguh Hanna (UPI YAI), dan Malik (UIN Syahid Jakarta). Dan dari berjalannya mekanisme pemilihan, terpilihlah kaka kece dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhammad Yassirullah sebagai Sekjend ILMPI periode 2014-2015. Yey, selamat dan semangat kaka! ;) Dan setelahnya, terpilihlah tim Koordinator Badan Kelengkapan Nasional yang baru, si cewe tangguh sahabat saya selanjutnya, Lili (Koord. Kesekretariatan Nasional, UMB Jakarta), Adam (Koord. Bankeunas, UPI YAI), Basyir (Koord. Baninfokomnas, Univ. Pancasila), Widya (Koord. BPPMNas, Unissula Semarang), Ilbanna (Koord. BPONas, UNS Surakarta), dan si unyu Reza (Koord. BPPKNas, Undip Semarang).
Ini dia wajah-wajah para pejuang Nasional periode 2014-2015 (minus Reza yang berhalangan hadir) :

(Kiri ke Kanan) Atas : Basyir, Achi, Adam
Bawah : Ilbanna, Lili, Widya 


Setelahnya, dilanjut Rapat Kerja Nasional dengan perumusan program selama satu tahun ke depan oleh tim PHN. Rakernas pun diakhiri dengan pelantikan Koordinator Wilayah ILMPI yperiode 2014-2015.

Keesokan harinya, agenda field trip ke Museum Mandiri, Fort Rotterdam, dan Pantai Losari. Sayang, waktu ke pantai mood saya tidak mendukung untuk ikut. Alhasil, numpang tidur di mobil ute adalah salah satu solusi. :D.
Teng jam 11 malam WITA selepasnya kami field trip, rencana selanjutnya akan segera di eksekusi. Ya, bikin surprise Putri yang saat itu berulang tahun.Hal itu memang sudah direncanakan sejak awal sebelum field trip,  dimana saya, ka Rstu, Lili, dan Hanna sudah bagi-bagi tugas untuk itu. Dan eksekusi pun berhasil. Waktu wilayah II tampil, mereka menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun-nya Jamrud. Happy birthday! Sukses bikin Putri speechless :D


6 Maret 2014, closing ceremony Muskernas ILMPI di Aula Univ. 45 Makassar. Dimana setelahnya satu persatu teman-teman pulang ke rumahnya masing-masing. Ya kami berpisah. Setelah letih beradu argumen selama hampir 8 hari di Benteng Somba Opu, dimana semata-mata untuk Psikologi dan Indonesia yang lebih baik.

Dan itulah akhir perjalanan kami sampai pada tanggal 6 Maret 2014, sebagian dari kami, bahkan saya sendiri pun baru pulang ke Jakarta tanggal 8 Maret sebenarnya :D But every moment in Makassar is unforgetable for me.... Semua kenangan dan perjalanan yang tidak sempat tertulis biar menjadi sebuah catatan bagi kita yang menjalani.


Terlalu banyak pembelajaran berharga yang saya dapat ketika berorganisasi, baik saat di HMFPsi UMB, maupun ILMPI. Meski saat sedang menjalani ingin rasanya untuk menyerah ditengah. Namun, itu kembali menjadi sebuah catatan tersendiri. Bukan perihal pengorbanan, melainkan pengalaman dan pembelajarannya. Dan itu menjadi sebuah 'PR' bagi perjalanan hidup saya saat ini dan nanti. Sadar akan sebuah rasa kepedulian dan mencari kebermanfaatan bagi sesama. Belajar bagaimana menyikapi sebuah masalah dengan cara yang lebih dewasa, demi mencari ridha Tuhan Yang Maha Esa...

Di setiap langkah ILMPI selalu punya cerita tersendiri. Dan kali ini, terima kasih untuk segala cerita dan kebersamaannya, Makassar!





Jakarta, 19 Maret 2014
01.32 WIB
Dita Permata Sari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anakku..

Dear, kakak Andra. Izinkan mama menulis sebuah tulisan yang mama harap kelak kakak bisa baca dan tersampaikan apa yang mama mau bilang ke kakak. Kakak, selamat bertambah usia. Tak terasa sudah 4 tahun lalu kita sama-sama berjuang untuk kakak bisa melihat dunia. Semua suka duka sudah kita lalui 4 tahun ini.  Teringat memori saat pertama kali melihat kakak terlahir ke dunia, lalu perlahan kakak tumbuh besar hingga tak terasa usia kakak tahun ini menginjak 4 tahun. Kakak, terima kasih sudah hadir di dunia ini. Terima kasih sudah menjadi anak mama. Setiap bicara dengan kakak, mama gak bisa terlepas dari kata maaf maaf dan maaf. Maaf mama belum bisa memberikan kakak sebuah keluarga yang utuh untuk kakak. Mama hanya bisa mengusahakan sebuah kasih sayang yang utuh untuk kakak. Begitu banyak hal yang sangat mama syukuri karena punya kakak di hidup mama. O iya kakak, tahun ini kakak sudah mulai bersekolah. Kakak minta sekolah sama mama. Saat mama trial, ternyata kakak nyaman belajar dan raj...

Untukmu, Perempuan Itu..

Lihatlah aku sekarang. Aku tidak datang untuk siapa-siapa, hanya untuk anakku. Tapi tetap, aku hadir dengan tenang, percaya diri, dan utuh. Aku tidak datang untuk bersaing, karena aku tidak butuh pembuktian. Aku sudah menang saat aku memilih menjadi ibu yang penuh kasih dan tetap menjaga martabatku. Kau mungkin mengamatiku diam-diam, tapi yang kau lihat bukan perempuan lemah yang pernah disakiti. Yang kau lihat adalah aku—yang tetap berdiri kuat, yang tahu batas, yang tahu cara mencintai tanpa harus merebut. Aku tidak iri, tidak ingin kembali, dan tidak menyimpan luka yang membuatku rendah. Aku tahu posisiku, dan aku nyaman di dalamnya. Aku tidak mengambil apa pun darimu, karena aku tidak butuh apa yang kamu punya. Aku sudah punya cukup: diriku sendiri dan anakku—dan itu tak ternilai. Dari aku, Ibu yang sangat mencintai anaknya.

Untuk Diriku yang Terluka, Tapi Tak Terkalahkan

Aku tahu rasanya disisihkan. Melihat mereka yang mengkhianatiku malah tertawa bahagia, hidup berkelimpahan, dan anakku ikut tersenyum saat dirangkul oleh orang yang dulu menghancurkan rumahku. Sakit itu nyata. Aku tidak akan pura-pura kuat. Tapi aku juga tidak akan tenggelam dalam luka yang mereka tinggalkan. Karena aku tahu... aku bukan orang yang lari. Aku adalah orang yang tetap tinggal saat badai datang. Aku adalah ibu yang tetap berdiri, bahkan saat dunia menganggapku tidak cukup. Mereka mungkin merasa menang. Mereka mungkin merasa berhasil mendapatkan yang mereka mau. Tapi aku tahu, cinta sejati bukan yang datang saat nyaman, tapi yang tetap tinggal saat sulit. Anakku, jika suatu hari kamu membaca ini, ketahuilah: aku tidak sempurna. Tapi aku memilih diam dan berjuang, bukan karena lemah, melainkan karena aku ingin kamu tumbuh dalam cinta, bukan kebencian. Kalau kamu tertawa saat bersama ayahmu, aku tidak akan cemburu. Karena bahagiaku bukan dari siapa yang...