Langsung ke konten utama

Makassar (Part 1)

Yap, nulis blog lagi :D
Sedikit mau share tentang perjalanan selama saya ke Makassar kemarin. Suka dukanya. Tawa tangisnya. Semua terbungkus rapi menjadi sebuah unforgetable moment dalam dinamika perjalanan hidup saya, khususnya dalam berorganisasi.

Berangkat di tanggal 23 Februari 2014,
Berasa deg-degan juga ketika baru dapet izin dan restu berangkat dari orang tua tepat di H-sekian jam menuju keberangkatan. Ada cerita lucu juga nih, saya bisa dibilang modal nekat berangkat ke Makassar. Oiya, sebelumnya sedikit jelasin, saya saat itu ke Makassar untuk melaksanakan Musyawarah dan Rapat Kerja Nasional Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI), sebuah lembaga organisasi ekternal yang mengikat lembaga-lembaga eksekutif mahasiswa Psikologi di Indonesia.Sudah sekitar 73 LEM Psikologi dari Universitas-universitas yang ada di Indonesia. Dan saat itu alhamdulillah saya diamanahkan sebagai salah satu Koordinator Badan Kelengkapan Nasional-nya. Oke, itu sekilas tentang ILMPI. hehe Mau tahu lebih lengkap, bisa follow akun twitternya di @ILMPI_Nasional atau Facebook dengan username ILMPI Pusat.

Kembali ke cerita, iya saya bisa dibilang modal nekat karena meski orangtua sama sekali ga izinin saya berangkat (padahal sudah izin sejak awal saya pulang dari Munas di UGM Jogjakarta) -_-. Eits, tapi saya ga nyerah gitu aja, mungkin ini bisa jadi salah satu taktik yang entah patut ditiru atau engga. Saya tetap mempersiapkan keberangkatan saya, dari mulai mengurus administrasi di kampus, mempersiapkan delegasi, yang alhamdulillahnya dibantu oleh abang senior dan sahabat tercinta saya, Ka Marta dan Lili. Saya tetap packing dan siap-siapin koper, meski dalam hati agak ngerasa bersalah juga ga dapet dukungan dari orang rumah. :D  However, Muskernas must go on, saya tetap harus hadir dan mempertanggungjawabkan kinerja yang telah saya dan tim lakukan selama satu tahun terakhir kepada teman-teman anggota ILMPI se-Indonesia.

Beberapa jam menuju keberangkatan, saat itu sekitar pukul 8 malam, ketika saya sedang packing, barulah Papa masuk kamar dengan kalimat singkat, "Besok berangkat jam berapa? Papa antar nanti ke Bandara", sebuah ungkapan yang antara saya tebak ga tebak juga sebenarnya. haha. Tapi alhamdulillah setidaknya benar Papa antar saya ke Bandara sampai saya bertemu dengan Ka Rstu. Ya, saat itu saya berangkat hanya ber-3. Saya, ka Rstu, dan Putri, sahabat saya dari Universitas Pancasila.

Take off tepat pukul 11. 50 WIB, dan sampai Bandara Sultan Hassanudin Makassar tepat pukul 15.00 WITA.
Sedikit cerita lucu saat dalam perjalanan di pesawat. Di tengah-tengah penerbangan, saya dan Putri baru sadar bahwa kita lupa bawa setrika baju! hahaha. Penting banget setrika baju?-___- iya, untuk ukuran ladies rempong seperti kami memang itu sebuah hal yg urgent. haha, singkat cerita kita akhirnya beli setrika Portable yang ditawari maskapai penerbangan saat itu seharga 70 ribu rupiah. Ya, beli setrikaan diatas pesawat -___- dan saya ga sempat foto itu setrikaan, jadi gak bisa share. :S


Continued ke part 2 yaa.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anakku..

Dear, kakak Andra. Izinkan mama menulis sebuah tulisan yang mama harap kelak kakak bisa baca dan tersampaikan apa yang mama mau bilang ke kakak. Kakak, selamat bertambah usia. Tak terasa sudah 4 tahun lalu kita sama-sama berjuang untuk kakak bisa melihat dunia. Semua suka duka sudah kita lalui 4 tahun ini.  Teringat memori saat pertama kali melihat kakak terlahir ke dunia, lalu perlahan kakak tumbuh besar hingga tak terasa usia kakak tahun ini menginjak 4 tahun. Kakak, terima kasih sudah hadir di dunia ini. Terima kasih sudah menjadi anak mama. Setiap bicara dengan kakak, mama gak bisa terlepas dari kata maaf maaf dan maaf. Maaf mama belum bisa memberikan kakak sebuah keluarga yang utuh untuk kakak. Mama hanya bisa mengusahakan sebuah kasih sayang yang utuh untuk kakak. Begitu banyak hal yang sangat mama syukuri karena punya kakak di hidup mama. O iya kakak, tahun ini kakak sudah mulai bersekolah. Kakak minta sekolah sama mama. Saat mama trial, ternyata kakak nyaman belajar dan raj...

Untukmu, Perempuan Itu..

Lihatlah aku sekarang. Aku tidak datang untuk siapa-siapa, hanya untuk anakku. Tapi tetap, aku hadir dengan tenang, percaya diri, dan utuh. Aku tidak datang untuk bersaing, karena aku tidak butuh pembuktian. Aku sudah menang saat aku memilih menjadi ibu yang penuh kasih dan tetap menjaga martabatku. Kau mungkin mengamatiku diam-diam, tapi yang kau lihat bukan perempuan lemah yang pernah disakiti. Yang kau lihat adalah aku—yang tetap berdiri kuat, yang tahu batas, yang tahu cara mencintai tanpa harus merebut. Aku tidak iri, tidak ingin kembali, dan tidak menyimpan luka yang membuatku rendah. Aku tahu posisiku, dan aku nyaman di dalamnya. Aku tidak mengambil apa pun darimu, karena aku tidak butuh apa yang kamu punya. Aku sudah punya cukup: diriku sendiri dan anakku—dan itu tak ternilai. Dari aku, Ibu yang sangat mencintai anaknya.

Untuk Diriku yang Terluka, Tapi Tak Terkalahkan

Aku tahu rasanya disisihkan. Melihat mereka yang mengkhianatiku malah tertawa bahagia, hidup berkelimpahan, dan anakku ikut tersenyum saat dirangkul oleh orang yang dulu menghancurkan rumahku. Sakit itu nyata. Aku tidak akan pura-pura kuat. Tapi aku juga tidak akan tenggelam dalam luka yang mereka tinggalkan. Karena aku tahu... aku bukan orang yang lari. Aku adalah orang yang tetap tinggal saat badai datang. Aku adalah ibu yang tetap berdiri, bahkan saat dunia menganggapku tidak cukup. Mereka mungkin merasa menang. Mereka mungkin merasa berhasil mendapatkan yang mereka mau. Tapi aku tahu, cinta sejati bukan yang datang saat nyaman, tapi yang tetap tinggal saat sulit. Anakku, jika suatu hari kamu membaca ini, ketahuilah: aku tidak sempurna. Tapi aku memilih diam dan berjuang, bukan karena lemah, melainkan karena aku ingin kamu tumbuh dalam cinta, bukan kebencian. Kalau kamu tertawa saat bersama ayahmu, aku tidak akan cemburu. Karena bahagiaku bukan dari siapa yang...