Aku tahu rasanya disisihkan.
Melihat mereka yang mengkhianatiku malah tertawa bahagia,
hidup berkelimpahan,
dan anakku ikut tersenyum saat dirangkul oleh orang yang dulu menghancurkan rumahku.
Sakit itu nyata.
Aku tidak akan pura-pura kuat.
Tapi aku juga tidak akan tenggelam dalam luka yang mereka tinggalkan.
Karena aku tahu...
aku bukan orang yang lari.
Aku adalah orang yang tetap tinggal saat badai datang.
Aku adalah ibu yang tetap berdiri, bahkan saat dunia menganggapku tidak cukup.
Mereka mungkin merasa menang.
Mereka mungkin merasa berhasil mendapatkan yang mereka mau.
Tapi aku tahu,
cinta sejati bukan yang datang saat nyaman,
tapi yang tetap tinggal saat sulit.
Anakku, jika suatu hari kamu membaca ini,
ketahuilah:
aku tidak sempurna.
Tapi aku memilih diam dan berjuang, bukan karena lemah,
melainkan karena aku ingin kamu tumbuh dalam cinta,
bukan kebencian.
Kalau kamu tertawa saat bersama ayahmu,
aku tidak akan cemburu.
Karena bahagiaku bukan dari siapa yang kamu peluk,
tapi dari siapa yang kamu cari saat kamu sedih.
Dan aku percaya,
meski tidak sekarang,
hati kecilmu akan tahu siapa yang selalu ada,
siapa yang bertahan saat semua pergi.
Hari ini mungkin aku kalah di mata dunia,
tapi aku sedang membangun kemenangan yang tidak bisa dilihat.
Anak yang kuat,
hati yang tulus,
dan hidup yang tidak bergantung pada pengkhianatan.
Aku akan sembuh.
Bukan karena mereka minta maaf.
Tapi karena aku memilih berdamai dengan luka,
dan hidup dengan cinta.
-D-
Komentar
Posting Komentar