Langsung ke konten utama

Luka dan Damai

Selamat malam Aku.

Bagaimana kabarmu hari ini?

Merasa sudah jauh lebih tenang bukan?

Pasti terasa berat ya, yang kau jalani belakangan ini? Tapi kamu hebat. Perlahan semua bisa kamu lalui dengan baik.

Kamu pasti tidak sendiri ya? Tuhan banyak mengirimkanmu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Tidak melulu soal uang, melainkan orang-orang yang selalu ada disampingmu saat kamu merasa rapuh.

Terima kasih ya. Sudah berusaha berdamai dengan keadaan. Berusaha berdamai menghadapi tantangan hidup. Meski kamu sendiri pun tahu, luka dalam dirimu belum sepenuhnya tertutup rapat. 

Percayalah, yang mengerti akan mengerti, yang tidak mengerti tidak akan mengerti mengapa selama ini kau berproses.

Satu hal yang saat ini terus kamu usahakan.. Kembali dekat dengan Penciptamu. 

Terasa bukan kedamaian yang begitu berbeda saat engkau dekat dan jauh dariNya? 

Dear Aku, 

Teruslah tumbuh. Teruslah berkembang. Teruslah bertahan. Ada malaikat kecil yang membutuhkanmu. Ada malaikat kecil yang selalu menunggumu.

Tak perlu kau sesali keadaan.

Tak perlu kau doakan keburukan pada mereka yang tidak pernah memahami apa yang kau hadapi.

Teruslah doakan dirimu, anakmu, dan orangtuamu, demi kebaikan dirimu.

Luka dan Damai.. 

Proses dari luka menuju damai, tidak mudah bukan bagimu? 

Begitu banyak fase naik turun yang kau jalani.

Ingatlah, saat kedamaian itu tiba, tidak perlu kamu mendekat kembali pada lukamu itu.

Jika kau haus, bukan berarti kau harus meminum racun bukan?

Mari berterima kasih pada luka, karena ia telah membawamu kembali dekat denganNya. 

Semoga kedamaian selalu menyertaimu.

Aamiin


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anakku..

Dear, kakak Andra. Izinkan mama menulis sebuah tulisan yang mama harap kelak kakak bisa baca dan tersampaikan apa yang mama mau bilang ke kakak. Kakak, selamat bertambah usia. Tak terasa sudah 4 tahun lalu kita sama-sama berjuang untuk kakak bisa melihat dunia. Semua suka duka sudah kita lalui 4 tahun ini.  Teringat memori saat pertama kali melihat kakak terlahir ke dunia, lalu perlahan kakak tumbuh besar hingga tak terasa usia kakak tahun ini menginjak 4 tahun. Kakak, terima kasih sudah hadir di dunia ini. Terima kasih sudah menjadi anak mama. Setiap bicara dengan kakak, mama gak bisa terlepas dari kata maaf maaf dan maaf. Maaf mama belum bisa memberikan kakak sebuah keluarga yang utuh untuk kakak. Mama hanya bisa mengusahakan sebuah kasih sayang yang utuh untuk kakak. Begitu banyak hal yang sangat mama syukuri karena punya kakak di hidup mama. O iya kakak, tahun ini kakak sudah mulai bersekolah. Kakak minta sekolah sama mama. Saat mama trial, ternyata kakak nyaman belajar dan raj...

Untukmu, Perempuan Itu..

Lihatlah aku sekarang. Aku tidak datang untuk siapa-siapa, hanya untuk anakku. Tapi tetap, aku hadir dengan tenang, percaya diri, dan utuh. Aku tidak datang untuk bersaing, karena aku tidak butuh pembuktian. Aku sudah menang saat aku memilih menjadi ibu yang penuh kasih dan tetap menjaga martabatku. Kau mungkin mengamatiku diam-diam, tapi yang kau lihat bukan perempuan lemah yang pernah disakiti. Yang kau lihat adalah aku—yang tetap berdiri kuat, yang tahu batas, yang tahu cara mencintai tanpa harus merebut. Aku tidak iri, tidak ingin kembali, dan tidak menyimpan luka yang membuatku rendah. Aku tahu posisiku, dan aku nyaman di dalamnya. Aku tidak mengambil apa pun darimu, karena aku tidak butuh apa yang kamu punya. Aku sudah punya cukup: diriku sendiri dan anakku—dan itu tak ternilai. Dari aku, Ibu yang sangat mencintai anaknya.

Untuk Diriku yang Terluka, Tapi Tak Terkalahkan

Aku tahu rasanya disisihkan. Melihat mereka yang mengkhianatiku malah tertawa bahagia, hidup berkelimpahan, dan anakku ikut tersenyum saat dirangkul oleh orang yang dulu menghancurkan rumahku. Sakit itu nyata. Aku tidak akan pura-pura kuat. Tapi aku juga tidak akan tenggelam dalam luka yang mereka tinggalkan. Karena aku tahu... aku bukan orang yang lari. Aku adalah orang yang tetap tinggal saat badai datang. Aku adalah ibu yang tetap berdiri, bahkan saat dunia menganggapku tidak cukup. Mereka mungkin merasa menang. Mereka mungkin merasa berhasil mendapatkan yang mereka mau. Tapi aku tahu, cinta sejati bukan yang datang saat nyaman, tapi yang tetap tinggal saat sulit. Anakku, jika suatu hari kamu membaca ini, ketahuilah: aku tidak sempurna. Tapi aku memilih diam dan berjuang, bukan karena lemah, melainkan karena aku ingin kamu tumbuh dalam cinta, bukan kebencian. Kalau kamu tertawa saat bersama ayahmu, aku tidak akan cemburu. Karena bahagiaku bukan dari siapa yang...