Langsung ke konten utama

To My Diandra

Dear Diandra,

Kelak kamu besar, mama ngga tahu mama masih ada disamping Andra atau ngga. Harap mama, mama bisa terus ada disamping Diandra sampai Diandra nikah, punya suami, punya anak...

Nak, mama menulis ini mama mau minta maaf.

Mama minta maaf kalau mama selama jadi Ibunya Andra mama belum jadi Ibu yang baik untuk Andra.

Mama minta maaf kalau mama juga ngga bisa berikan sosok Ayah seperti yang kita harapkan untuk Andra. Karena seandainya mama tahu hal ini yang akan terjadi, mama ga akan pilih jalan ini, Nak.

Andra sayang, 

Saat Andra membaca ini kelak, yang Andra perlu tahu Mama sayang sekali sama Andra. Ada atau tidak ada mama, mama akan selalu disamping Andra. Jagain Andra.

Mungkin Andra tumbuh tanpa ada sosok Ayah yang selalu ada setiap hari bersama Andra. Tapi Andra harus inget, Andra punya Mama, Enin, Aki, Tante Ina, Mamang Iyan, Tante Nurul, Tante Ayi, dan banyak sahabat-sahabat Mama lain yang sayang juga sama Andra. Jadi Andra jangan pernah ngerasa sendirian ya, Nak.

Nak, tumbuh jadi anak yang kuat ya, yang baik, yang cerdas, yang paling penting, tumbuh jadi anak yang sehat mentalnya ya nak, tumbuh jadi karakternya Diandra sendiri. 

Andra, jangan lupa solat ya, Nak.

Inget selalu bahwa Allah adalah sebaik-baiknya penolong kita. 

Mama sayang kamu, Marian Diandra.


Dengan penuh cinta kasih,


Mama

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anakku..

Dear, kakak Andra. Izinkan mama menulis sebuah tulisan yang mama harap kelak kakak bisa baca dan tersampaikan apa yang mama mau bilang ke kakak. Kakak, selamat bertambah usia. Tak terasa sudah 4 tahun lalu kita sama-sama berjuang untuk kakak bisa melihat dunia. Semua suka duka sudah kita lalui 4 tahun ini.  Teringat memori saat pertama kali melihat kakak terlahir ke dunia, lalu perlahan kakak tumbuh besar hingga tak terasa usia kakak tahun ini menginjak 4 tahun. Kakak, terima kasih sudah hadir di dunia ini. Terima kasih sudah menjadi anak mama. Setiap bicara dengan kakak, mama gak bisa terlepas dari kata maaf maaf dan maaf. Maaf mama belum bisa memberikan kakak sebuah keluarga yang utuh untuk kakak. Mama hanya bisa mengusahakan sebuah kasih sayang yang utuh untuk kakak. Begitu banyak hal yang sangat mama syukuri karena punya kakak di hidup mama. O iya kakak, tahun ini kakak sudah mulai bersekolah. Kakak minta sekolah sama mama. Saat mama trial, ternyata kakak nyaman belajar dan raj...

Untukmu, Perempuan Itu..

Lihatlah aku sekarang. Aku tidak datang untuk siapa-siapa, hanya untuk anakku. Tapi tetap, aku hadir dengan tenang, percaya diri, dan utuh. Aku tidak datang untuk bersaing, karena aku tidak butuh pembuktian. Aku sudah menang saat aku memilih menjadi ibu yang penuh kasih dan tetap menjaga martabatku. Kau mungkin mengamatiku diam-diam, tapi yang kau lihat bukan perempuan lemah yang pernah disakiti. Yang kau lihat adalah aku—yang tetap berdiri kuat, yang tahu batas, yang tahu cara mencintai tanpa harus merebut. Aku tidak iri, tidak ingin kembali, dan tidak menyimpan luka yang membuatku rendah. Aku tahu posisiku, dan aku nyaman di dalamnya. Aku tidak mengambil apa pun darimu, karena aku tidak butuh apa yang kamu punya. Aku sudah punya cukup: diriku sendiri dan anakku—dan itu tak ternilai. Dari aku, Ibu yang sangat mencintai anaknya.

Untuk Diriku yang Terluka, Tapi Tak Terkalahkan

Aku tahu rasanya disisihkan. Melihat mereka yang mengkhianatiku malah tertawa bahagia, hidup berkelimpahan, dan anakku ikut tersenyum saat dirangkul oleh orang yang dulu menghancurkan rumahku. Sakit itu nyata. Aku tidak akan pura-pura kuat. Tapi aku juga tidak akan tenggelam dalam luka yang mereka tinggalkan. Karena aku tahu... aku bukan orang yang lari. Aku adalah orang yang tetap tinggal saat badai datang. Aku adalah ibu yang tetap berdiri, bahkan saat dunia menganggapku tidak cukup. Mereka mungkin merasa menang. Mereka mungkin merasa berhasil mendapatkan yang mereka mau. Tapi aku tahu, cinta sejati bukan yang datang saat nyaman, tapi yang tetap tinggal saat sulit. Anakku, jika suatu hari kamu membaca ini, ketahuilah: aku tidak sempurna. Tapi aku memilih diam dan berjuang, bukan karena lemah, melainkan karena aku ingin kamu tumbuh dalam cinta, bukan kebencian. Kalau kamu tertawa saat bersama ayahmu, aku tidak akan cemburu. Karena bahagiaku bukan dari siapa yang...