Kata orang butuh kekuatan dan jiwa besar yang ekstra supaya kita bisa menerima kehadiran mantan dalam hidup kekasih kita.
Inginnya hati, kita dan pasangan hidup "bersih" tanpa ada bayang-bayang masa lalu yang mengganggu. Entah tentang urusan apapun itu. Biar ujian hidup datang, yang penting ga soal masa lalu deh.. inginnya hati dan ego seperti itu.
Tapi apa daya, kita manusia. makhluk sosial. Hidup tidak hanya menggunakan pikiran , tapi juga hati.
Bagaimana kita tetap harus saling membantu untuk kondisi apapun, tidak terkecuali pada seorang mantan.
Mengapa kata mantan terasa begitu sensitif di telinga? Kita semua juga pasti sudah tahu alasannya. Karena mereka memiliki sebuah kenangan dan perjalanan tersendiri dalam hati kita. Mereka pernah singgah di hati kita. Meski jalan takdir pada akhirnya mengarahkan mereka untuk pergi dari kehidupan kita.
Pun, jika kondisinya di balik, kita juga adalah seorang mantan dari seorang mantan.. Namun rasa hati, tak pernah ada sekalipun diri mengusik atau memohon pertolongan apapun pada mantan. Semua dihadapi dan diselesaikan sendiri.
Untuk kekasihku dan mantannya,
Aku tidak peduli dengan masa lalu yang telah kalian lalui,
Aku menghargai semua kejujuran dan keterbukaan yang telah kau berikan,
Aku hanya mohon satu, bisakah kalian berhenti untuk saling berkomunikasi?
Satu cara di hentikan, kalian menemukan cara yang lain.
Jika masalah kalian belum selesai, mengapa kalian berani untuk saling memulai dengan yang lain?
Bisakah kalian membuat hidup saling tenang satu sama lain?
Aku tahu hidup harus memakai hati, tapi bisakah hati tidak digunakan pada hal yang pasanganmu tidak suka?
Jakarta, 13 Januari 2020
Mewakili isi hati dari seorang perempuan yang gundah di tengah pekerjaannya.
Istigfarlah, kamu kuat.
Komentar
Posting Komentar