Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

Untuk Bintang Kecilku, Diandra..

Empat tahun lalu, dunia ini menjadi lebih terang karena kehadiranmu. Kamulah cahaya yang menuntunku keluar dari gelap. Kehadiranmu mengajarkanku tentang cinta tanpa syarat. Seringkali dalam diam aku tersadar, ada bidadari kecil yang selalu menanti pelukanku menghampirinya. Kamu tumbuh menjadi anak yang kuat, ceria, dan pintar. Nak, dunia mungkin tidak selalu ramah.. namun tenanglah, Mama akan selalu berada disampingmu. Mama akan selalu ada—untuk menggenggam tanganmu, memelukmu, dan menyemangati setiap langkah kecilmu. Kelak jika kamu membaca ini, ingatlah satu hal: Kamu adalah alasan Mama tersenyum, dan alasan Mama percaya bahwa cinta sejati itu nyata. Dirimu dibesarkan dengan penuh cinta kasih. Dirimu berharga. Tuhan, izinkan bidadari kecil ini tumbuh dengan lebih banyak kebahagiaan dan keberuntungan dalam hidupnya. Dengan seluruh cinta dan doa, - Mama -

Rumah Itu Bernama Mama

Di dunia yang kadang berubah arah, Kau tumbuh di pelukku, tak pernah lelah. Mereka datang membawa tawa sesaat, Tapi pulangmu... selalu ke tempat yang hangat. Banyak hal yang bisa membuatmu senang, Tapi hanya hatiku yang hapal setiap tangismu yang hilang. Tak perlu kau bilang sayang, Pelukmu cukup menjadi terang. Jika dunia bingungkanmu suatu hari nanti, Ingatlah siapa yang selalu berdiri. Bukan yang hanya hadir saat langit cerah, Tapi yang memayungi saat badai menerpa arah. Rumah itu bukan gedung tinggi atau taman luas, Rumah itu… adalah tangan Mama yang tak pernah lepas. - D-

Hati Perempuan

Waktu itu aku tahu kamu ada. Bukan dari pengakuan, tapi dari jejak-jejak yang tak bisa dibohongi.  Hati perempuan selalu tahu saat ia dikhianati — dan lebih sakitnya lagi, saat pengkhianatan itu dipelihara dan dijadikan hubungan baru. Aku bisa saja marah. Bisa saja ku tumpahkan semua amarahku kepadamu. Tapi anehnya, aku bersikap tenang. Bukan karena aku tidak sakit. Tapi karena aku tahu, amarahku tak akan membuatmu mengembalikan apa yang sudah kamu ambil. Bahkan mungkin kehancuranku adalah kebahagiaan yang dinantikan . Aku memilih diam, bukan karena lemah. Tapi karena aku tahu, siapa yang perlu disalahkan. Bukan kamu sepenuhnya — meskipun kamu tahu dia sudah beristri. Tapi yang paling bertanggung jawab adalah dia: laki-laki yang seharusnya menjagaku, malah membuka pintu buatmu masuk dan duduk di tempatku. Sekarang kalian bersama. Dan mungkin kalian bahagia. Tapi aku percaya, rumah yang dibangun dari luka orang lain takkan pernah benar-benar damai. Aku mungkin tak mengutukmu. Tap...